Di era modern seperti ini, cerita mistis kerap kali muncul di tengah masyarakat. Ada yang percaya dan tidak. Sepanjang tahun 2012 saja, banyak cerita mistis muncul. Kemunculan cerita mistis itu langsung membuat geger masyarakat. Di warung kopi atau tempat nongkrong lainnya biasanya langsung membicarakan hal-hal mistis.
Penampakan hantu, penemuan benda aneh dan banyak lagi cerita mistis lainnya. Beredarnya cerita mistis ini begitu cepat. Lewat media atau dari mulut ke mulut. Berikut 4 fenomena mistis yang sempat menghebohkan di tahun 2012 ini:
1. Pocong nongol di pernikahan
Warga Desa Klodran, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang pada awal September dihebohkan dengan terjadinya penampakan 3 pocong di pesta pernikahan salah satu warganya. Uniknya, tiga pocong itu muncul dipesta pernikahan yang digelar di siang hari.
Tiga pocong itu diyakini sebagian warga merupakan kiriman mantan pacar sang pengantin mempelai wanita yang tidak rela atau dendam karena ditinggal menikah sepihak. Sehingga sang mantan pacar ingin mengacaukan jalanya pesta pernikahan.
Namun, upaya itu gagal karena sang kakek dan nenek mempelai wanita yang menjadi tuan rumah pesta pernikahan itu keduanya mempunyai kelebihan sebagai paranormal. Dalam istilahnya, sang nenek sebagai dukun bayi dan sang kakek sebagai dukun kejawen yang kondang di kampungnya.
Fenomena kemunculan tiga pocong itu secara tidak sengaja terekam oleh salah satu keluarga mempelai wanita dan tersadar saat di malam hari diputarnya kembali. Dalam video berdurasi 34 detik ini, tiga pocong muncul di sebelah depan, tengah dan belakang tempat pesta pernikahan berlangsung.Â
2. Babi ngepet di Cianjur
Sekitar pertengahan bulan Desember lalu warga Cianjur digegerkan oleh penangkapan babi ngepet yang dipercaya sebagai pesugihan salah satu warganya. Setelah ditangkap, babi ngepet itu berprilaku layaknya seorang manusia. Babi ngepet yang mirip babi hutan itu juga minum kopi dan air mineral sambil duduk. Bahkan babi itu jika di malam hari bisa merokok layaknya manusia biasa.
Ritual babi ngepet ini, dalam ilmu metafisika merupakan perjanjian sepasang suami istri yang dilakukan di sebuah gua yang dikuasai oleh siluman babi. Di goa itu sepasang suami istri mengikat perjanjian dengan sang siluman babi. Dengan berbagai persyaratan, sang suami dalam mencari harta yang tidak halal itu akan menjadi babi.
Saat bekerja, sang istri menunggu di rumah sambil menyalakan lilin atau api kuno dalam bahasa jawanya ‘senthir’ sebagai tanda selamat atau sukses tidaknya ‘ngepetnya’ sang suami yang berubah menjadi babi. Pekerjaan ini dilakukan dari malam sampai dini hari. Beserta kelengkapannya berupa bunga tujuh rupa dan sesaji. Jika suami saat ‘ngepet’ terlihat atau bahkan tertangkap warga maka api lilin atau senthir itu akan bergoyang-goyang dan akan api padam bila tertangkap dan disakiti warga.
Jika sukses, api akan tetap menyala dan baki (tampah) yang ada di sebelah lilin akan penuh dengan uang jutaan rupiah hasil dari ngepet sang suami. Suami harus kembali di rumah dan sang istri akan mematikan lilin lalu sang babi yang telah sukses ngepet itu akan berubah wujud kembali menjadi sang suami yang dalam bentuk manusia.
3. Kawanan kera di Bukit Menoreh
Munculnya kepercayaan kawanan kera di Bukit Menoreh adalah jelmaan siluman kera berawal dari kasus rusaknya puluhan hektar lahan petani di kawasan yang bersebelahan dengan Candi Borobudur ini. Berbagai upaya warga untuk mengusir kawanan kera yang diyakini sebagai penunggu dan siluman titisan pendahulu tokoh pewayangan Hanoman, Sugriwo dan Subali.
Mulai dengan cara menembak, meracuni, mendatangkan berbagai paranormal seperti Suku Badui. Namun, upaya itu justru menimbulkan fenomena mistis yang sama sekali tidak terduga.
Ada warga yang dihantui lewat mimpi, warga yang mengalami sakit dengan gejala yang aneh, kera yang ditangkap berubah menjadi manusia saat terperangkap di dalam jaring sang kepala Suku Badui. Bahkan seorang warga yang menembak mati dan memakan daging salah satu dari kawanan kera itu mati dalam kondisi mulut dan wajahnya berubah bentuk menyerupai kera.
Serta fenomena lainya yang seolah-olah memberikan pesan supaya kawanan kera ini tidak disakiti. Apalagi dimusnahkan sehingga masyarakat harus bisa hidup berdampingan dan harmonis bersama kawanan kera itu.
4. Penemuan Jenglot di Bantul
Sosoknya mirip boneka! tapi wajahnya menyerupai rahwana. Itulah yang dinamakan jenglot. Pada akhir Agustus hingga awal September 2012, jenglot sempat menjadi berita menghebohkan penemuan di Bantul, DIY. Jenglot yang ditemukan warga di Kali Progo oleh tiga warga saat menambang pasir.
Kabarnya, jenglot berasal dari seorang yang sudah beratus-ratus tahun bertapa kemudian tubuhnya menyusut dan mengecil serta memiliki kesaktian yang digdaya ampuhnya. Secara otomatis, jenglot ini mau dan bisa diperdaya atau dimintai sang penemu untuk memperkaya diri maupun melakukan hal yang di luar kemampuan manusia.
Bahkan, jenglot itu sempat dipamerkan di halaman salah satu rumah perangkat desa di Dusun Jaten, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajang, Bantul, DIY. Ratusan warga berduyun-duyun mendatangi karena penasaran ingin melihat secara langsung seperti apakah bentuk jenglot atau dalam ilmu kejawen dikenal dengan nama bethoro karang atau ‘BK’.
BK ini merupakan pertapa yang sudah setara dengan seorang resi yang hampir satu level dan mendekati dengan makom seorang dewa. Banyak para paranormal menyebutnya dengan sebutan ‘BK Manusia Setengah Dewa’. Jenglot atau BK ini selain minum minyak wangi serta memakan bunga tujuh rupa juga dalam kurun waktu tertentu harus diberi sajian darah.
Dari kacamata beberapa paranormal, jenglot yang ditemukan di Bantul adalah jenglot palsu. Bahkan ada yang mengatakan jenglot asli namun sudah hilang aura yang saat itu dikatakan sebagai jenglot berkarakter jahat. Jika jenglot itu asli, maka matanya akan memancarkan cahaya merah kebiruan atau violet yang bisa mematikan manusia jika langsung melihatnya.
Selama beberapa hari, jenglot itu disimpan warga. Bahkan sempat mendatangkan keuntungan dari uang parkir warga yang datang berduyun-duyun ingin melihat jenglot dipamerkan itu. Namun, akhirnya jenglot itu kembali dilarung (dibuang ke kali) di Kali Progo karena setelah dilakukan musyawarah desa jenglot itu tidak mendatangkan keuntungan bagi warganya.
via: merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar